Sunday, 15 August 2010

Dia Sebatang Pensel

life aint that tortureful if you are ready to look at it in different perspective. and that is the hardest part. when loneliness strikes a man, the tend to hallucinate or think the 'nonsense'. here, a life diary of a persona who thinks his pencil as his best buddy throughout his adversity.creepy but breaks the silence :D
aku menulis
tanpa titik noktah
tanpa tanda seru
atas lembaran murni
penuh contengan hati
gementar gemuruh
khuatir dan khusyuk
bila dipetir derita
dia jugalah
sekeping tilam
dia jugalah
seutas tasbih
seorang teman
sabar dan setia
dia tahu
saat saat ku menangis
saat saat ku gembira
bagai bebayang yang akur
akan adat cahaya
begitu la si dia
ku memegangnya
melorek cerita sedih
dengan rakus
hilangkan luka hati
lupakan tusukan duri
jika dia tumpul
tak biasa merungut
jika dia patah
tak biasa menangis
setia selalu
bagai ombak di samudra
beralun senantiasa
aku masih menulis
masih tanpa noktah
masih tanpa seru
dengan contengan hati
tapi kawanku itu
tabah mendengar
inti bagai arang
kukuh bagai kayu
tajam bagai damak
buat pensel milikku...

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails