Sunday 25 July 2010

Bunga Di Tepi Kubur


a litttle dedication to whomever that sacrifices their  needs, desire and efforts just to entertain others. appreciation is something that is not much practised in the society. not to blame them but their temptation around. this poem encloses the life of a corpse that unintentionally gives life to a seed to grow from the seed's point of view. the best part of the poem that i like is each line is alternated by 2 and 3 words . enjoy and indulge..


aku benih,
dikurung dalam tanah,
dihambat keras,
tak mungkin bergerak,
tubuhku kering,
tidak disiram dahagaku,
gersang jiwa...


namun aku,
dapat titisan air,
entah siapa,
ku fikir keliru,
terima kasih,
kepada penyiram jiwaku...

ku hairan,
aku rajin melihat,
air itu,
berasa hangat semacam,
baru kutahu,
punca hidup aku,
air itu,
bukan sebarangan air,
air mata,
penghuni sebelah aku...



tangisannya dalam,
ku tanya,
jawabnya hanya tangisan,
"ku mati,
dalam sengsara hati,
tidak terperi,
hidup tiada erti",
kini hidupnya,
berjiran dengan benih,
dalam tanah,
sunyi, sepi, selamanya...


ku membesar,
di tepi lahad,
dengan bekalkan,
limpah air matanya,
menatang hidupku
melihat dia,
si jiran  sedih...


dia masih,
menangis dalam kuburnya,
dia mereput,
ku tumbuh berdaun,
berputik jua,
setelah sekian lama,
banyak berbunga

walau dia sedih,
dia bangga,
besarkan aku seorang,
mengenali diri,
sebagai baka kemboja....

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails